"CORONG LAMPU MINYAK"
Banyak yang harus dihidupkan
Dari gelap setelah terang benderang
Corong-corong lampu minyak hitam
Satu dian bertahan di kegelapan
Lalu siapa yang masih mampu berlari kencang ?
Yang sanggup melompati palang rintang ?
Langkahmu gemetar
Air di cangkir kalengpun bergetar
Tangan-tangan tanah seolah menjamah
menarik injak goyah kaki kau tua renta
Ku rasa cukup...
Nikmatilah cahaya kuning dibilik kayu kamarmu
Corong-corong lampu minyak legam
: "Itu kami"
Tameng nyalamu di sepanjang malam
Menjagamu hingga kau padam
Aku pundakmu
Aku bahumu
: "Pak tua !"
Baturaja,23/07/2013
Primanata Dian Isa
Banyak yang harus dihidupkan
Dari gelap setelah terang benderang
Corong-corong lampu minyak hitam
Satu dian bertahan di kegelapan
Lalu siapa yang masih mampu berlari kencang ?
Yang sanggup melompati palang rintang ?
Langkahmu gemetar
Air di cangkir kalengpun bergetar
Tangan-tangan tanah seolah menjamah
menarik injak goyah kaki kau tua renta
Ku rasa cukup...
Nikmatilah cahaya kuning dibilik kayu kamarmu
Corong-corong lampu minyak legam
: "Itu kami"
Tameng nyalamu di sepanjang malam
Menjagamu hingga kau padam
Aku pundakmu
Aku bahumu
: "Pak tua !"
Baturaja,23/07/2013
Primanata Dian Isa
3 komentar:
sangat sulit memahami makna sebuah puisi kecuali pengarangnya sendiri
@Selimut : :D terimakasih sahabat sudah singgah ke mading ini.
Tidak sulit,sering kita membaca puisi terlalu berfokus pada kata-kata yang memang sulit di kaji maknanya,padahal itu hanya sebuah diksi.
Puisi di atas bercerita tentang semangat,tanggung jawab antara seorang anak dan orang tuanya.Salam santun
Post a Comment